Bagikan:

JAKARTA - Barack Obama adalah orang yang membuat sejarah di Amerika Serikat (AS). Kiprahnya di dunia politik mengagumkan. Ia jadi orang kulit hitam pertama yang mampu jadi orang nomor satu di Negeri Paman Sam. Ia mulai melakukan gebrakan-gebrakan besar, utamanya di bidang ekonomi.

Masalah muncul. Rasisme bak tak pernah hilang di AS. Lawan politiknya, Donald Trump menuduh Obama tak pernah lahir di bumi AS. Ia dan segenap Rakyat AS meminta Obama menunjukkan akta kelahiran yang asli ke publik.

Karier politik Obama tak dibangun dalam satu malam. Obama sudah bekerja keras menaikki tangga politik AS sedari awal masuk politik. Pria kelahiran Honolulu, Hawaii, 4 Agustus 1961 itu mulai mempersiapkan segalanya --narasi dan modal-- jadi pemimpin sejak jadi senator AS.

Ambisi Obama jadi presiden AS kian terlihat di era 2000-an. Usaha itu jelas tak mudah. Obama berasal dari kaum kulit hitam – kaum yang kerap kena rasisme. Sentimen ras memang mengemuka dan misi AS punya presiden kulit hitam dianggap mustahil.

Obama menyadari hal itu. Ia terus saja menunjukkan kapasitasnya sebagai senator dan orator ulung. Kesempatan terbuka lebar. Partai Demokrat kepincut menjadikan Obama capres dalam Pilpres AS 2008. Obama kemudian dipasangkan dengan senator kawakan asal Delaware, Joe Biden. Keduanya dianggap bisa merebut hati rakyat AS.

Papan iklan di South Gate, California, AS pada 12 NOvember 2010, yang berisi pertanyaan soal akta kelahiran Barack Obama. (Wikimedia Commons)

Partai Republik tak mau Obama menang begitu saja. Mereka mencoba menghadirkan capres dan cawapres terbaiknya. Pasangan John McCain dan Sarah Palin dipilih jadi penantang Obama. Kedua kandidat – Obama dan McCain mulai melancarkan serangan – serangan personal utamanya.

Obama berkali-kali diserang kubu republik dengan memainkan isu rasial karena Obama kulit hitam. Kadang juga Obama disebut berteman dengan teroris, karena kedekatan Obama dengan aktivis antiperang Vietnam. Obama terus saja fokus dengan idenya mengubah AS.

Hasilnya signifikan. Rakyat AS menunjukkan jati dirinya sebagai pemilih cerdas. Mereka mencoba berpikir objektif – tak terkontaminasi dengan isu rasial. Rakyat AS butuh seseorang yang dapat membangun AS. Keyakinan itu membuat rakyat AS menentukan pilihannya ke Obama dalam Pilpres AS 2008. Obama pun menang dan jadi Presiden AS yang baru.

“Rakyat Amerika malam ini mempercayakan nasib mereka setidaknya untuk empat tahun ke depan kepada Barack Obama, yang membuat sejarah dengan menjadi orang Afrika-Amerika pertama yang memenangkan kursi kepresidenan AS,” ungkap Ewen MacAskill dan kawan-kawan dalam laporannya di laman The Guardian, 5 November 2008.

Tuduhan Bukan Warga Negara AS

Kemenangan Obama dirayakan banyak pihak. Ia kemudian menjelma jadi Presiden AS kulit hitam pertama. Obama mencoba menjalankan segala macam gebrakannya yang pro rakyat. Ia mulai membentuk kabinet yang mumpuni.

Obama dianggap mampu membawa ekonomi AS kian melejit. Namun, kerja keras Obama justru terganjal banyak isu. Ambil contoh Obama diterpa kabar angin bahwa ia bukan kelahiran AS. Kabar itu terus-menerus dihembuskan oleh pengusaha kesohor yang notabene simpatisan Partai Republik, Donald Trump.

Trump menganggap Obama tak sah sebagai Presiden AS. Kewarganegaraan AS Obama diragukan. Trump meminta Obama bergerak membuktikan bahwa ia memang lahir di AS. Pembuktian itu dianggap bisa dilakukan dengan cara Obama segera memperlihatkan akta kelahirannya ke publik.

Akta lahir Barack Obama yang dikeluarkan saat kampanye Pilpres AS, Juni 2008. (Wikimedia Commons)

Trump berpandangan ia telah menyelidiki latar belakang Obama yang disebut lahir di Honolulu. Ia mendapatkan keyakinan bahwa Obama tak lahir di sana. Pandangan itu kian kuat karena Donald Trump tak menemukan banyak sosok teman kecil Obama di Honolulu.

Trump mencontohkan dirinya yang jika mencalonkan diri jadi Presiden AS awak media bisa dengan mudah mengulas profilnya dari taman kanak-kanak hingga jadi anak sekolahan. Trump juga banyak diingat oleh teman-temannya semasa sekolah.

Narasi yang sama tak bisa dilakukan Obama. Tiada yang mengenal atau mengenang Obama saat masih bersekolah. Kondisi itu membuat Obama diragukan lahir dan jadi warga AS. Trump mendesak Obama segera menunjukkan akta kelahirannya ke publik. Desakan pun mendapatkan dukungan dari segenap rakyat AS.  

Tuduhan Trump kian diamini karena Obama lambat merespons. Sekalipun kemudian Obama memperlihat salinan akta kelahirannya yang dirilis Gedung Putih pada 27 April 2011. Trump pun tak mempercayainya. Ia terus saja yakin Barack Obama bukan orang AS.

"Saya mulai bertanya-tanya apakah [Obama] lahir di negara ini atau tidak. Alasan saya sedikit ragu, hanya sedikit, adalah karena dia tumbuh besar dan tidak ada seorang pun yang mengenalnya. Jika saya mendapat nominasi, jika saya memutuskan untuk mencalonkan diri, Anda dapat kembali dan mewawancarai orang-orang dari taman kanak-kanak saya. Mereka akan mengingat saya.”

“Tidak ada yang maju. Tidak ada yang tahu siapa dia sampai nanti dalam hidupnya. Ini sangat aneh. Banyak fakta yang muncul, dan saya mulai bertanya-tanya apakah ia lahir di negara ini. Mereka memberi Anda sertifikat kelahiran hidup yang bisa didapatkan siapa saja. Tinggal masuk ke rumah sakit. Orang ini punya sertifikat kelahiran atau tidak. Saya tidak menganggapnya masalah besar, tetapi saya akan memberi tahu Anda, ternyata ini masalah yang sangat besar," ujar Donald Trump sebagaimana dikutip laman CBS News, 11 April 2011.